Ayahku (TIDAK) Bohong
Ayahku pernah berjanji memberi hadiah buat kakakku jika memperoleh rangking satu di sekolahnya. Kakakku berusaha keras dan berhasil memperolehnya, namun sepeda yang diidamkannya tak kunjung datang hingga kakakku dewasa. Saat itu aku menganggap ayah berbohong, menjanjikan sesuatu yg bisa membuat kakakku termotivasi, sementara ayah memang tidak ingin membelinya.
Aku salah, aku paham pada akhirnya kenapa sepeda tak terbeli. Karena bisa jadi berkenaan dengan pembagian raport kakakku, saat itu dinding rumah kami harus diganti ayah karena dimakan rayap.
Sumber gambar: id.pinterest.com |
Dapur juga harus diberi dinding karena emak memasak di luar. Serta banyak kebutuhan lain yang mendesak sementara kondisi ekonomi ayah dan emak pas-pasan, terlebih setelah pembagian raport, ayah dihadapkan pada kebutuhan sekolah yang mulai melejit harganya.
Kebutuhan sekolah yang harus disediakan ayah bukan hanya buat kakakku saja, aku mulai akan sekolah TK sedangkan kakakku yang lain mulai akan masuk SD. Rumah, biaya masuk sekolah dan kebutuhan pakaian sekolah lebih penting ketimbang menyediakan sepeda saat itu.
Ayah tidak bohong meski sudah berjanji, kakakku pun tidak kecewa sama sekali, bahkan kami terus berprestasi untuk membanggakan ayah dan mak.
Ayah tidak bohong meski sudah berjanji, kakakku pun tidak kecewa sama sekali, bahkan kami terus berprestasi untuk membanggakan ayah dan mak.
Bagi kami tidak penting lagi janji-janji ayah atas prestasi kami ketika kami melihat kesungguhan ayah menyekolahkan kami, jika sampai menahan perutnya untuk mengisi otak kami, apa pantas menuntut janji yang sesungguhnya tidak penting.
Cerita ayahku mungkin juga sama dengan kebanyakan ayah di muka bumi ini.
Cerita ayahku mungkin juga sama dengan kebanyakan ayah di muka bumi ini.
Ayah memang motivator hebat, boleh jadi beliau berjanji pada kondisi ideal sesuai kemampuannya dan pasti punya niat untuk melunasinya.
Namun ketika tiba waktunya, ada kepentingan lebih besar dan faktor eksternal yang membuatnya urung. Melihat kesungguhan ayah, naif sekali mengatakan ayah pemimpin yg berbohong.
Ditulis oleh:
Ditulis oleh:
Khairuddin, seorang guru dan Sekjend PP Ikatan Guru Indonesia (IGI)