Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Perjalananku Menjadi Guru Berprestasi

Sebenarnya saya sangat minder dengan diri saya sendiri, jujur banget yang ini, urusan berkas memberkas saya bisa neg. Ngumpulkan berkas adalah pekerjaan berat buat saya.
 
Perjalananku Menjadi Guru Berprestasi

Diantara semua instrumen Guru Prestasi yang super berat bagi saya adalah pemberkasan portofolio, harus jeli letaknya d imana, harus paham struktur letak, harus sesuai dengan juknis.

Saya pamit dari sekolah beberapa hari hanya untuk merumahkan diri, memberkas. Itupun beberapa kali pening sembuh saat nyusun berkas. 

Dua hari jelang lomba, berkas belum tuntas, saya takut sendiri. Saya tak tangguh diajak bersaing. Hari pertama jelang lomba, berkas baru usai dijilid dengan banyak yang tidak masukkan, terutama sertifikat-sertifikat. Saya pikir cukuplah.

Modal berkas saya hanya dua buku antologi, dua artikel di jurnal internasional, dua penghargaan nasional dan internasional, 50 media pembelajaran, beberapa sertifikat pengembangan diri, beberapa sertifikat mengisi kegiatan. 

Sudah...target saya hanya agar saya tidak malu tampil sebagai guru yang sudah lumayan dikenal. Saya bawa diri santai tanpa beban meski pada akhirnya sangat terbeban ketika tahu saya mulai dibincangkan sebagai kompetitor.

Saya berangkat menumpang mobil Pak Faisal Fais yang juga ikut sebagai peserta Guru SMK Prestasi. Di mobil bersama keluarganya, Pak Faisai menenangkan saya, bahwa kita tampil apa adanya, karena ini juara I Umrah, anggap saja yang menang itulah yang dapat panggilan dari Allah SWT untuk ke Baitullah.

Rasanya saya masih jauh dari kata pantas mengingat kehambaan sy ini yang masih buruk. Jika pun dipanggil olehNya, itu "nasehat dari Rabb" agar sy segera berbenah hingga bisa pantas.

Saya selalu yakin, tidak ada kebetulan, Allah mengatur semua dengan rapi. Setelah menang di tingkat kabupaten, ada beberapa point penting buat saya yang bisa sy tambahkan di portofolio saya, misal penghargaan dari Microsoft (thanks Mas Yuche Yahya Sukaca, rekomendasi MIEE), serta membimbing anakanak hingga juara di SMAN 3 Putra Bangsa Lhoksukon (Makasih Pak Zulkifli yang melibatkan sy pada bimbingan di sekolahnya). 

Kemudahan juga sy dapatkan dari dukungan penuh Kepala Sekolah sy, Bapak Syahrul, sy bisa leluasa untuk berinovasi di sekolah, tentu juga berkat dukungan guru2 di sekolah sy, SMAN 1 Nurussalam Aceh Timur.

Saat tampil presentasi, saya merasa hampir tidak ada aura kompetisi diantara kami para peserta, justru semangat kekeluargaan yang terbangun untuk saling belajar bersama. 

Hampir seluruh peserta mengenal saya sebelumnya, karena mereka memperoleh pengalaman belajar dengan saya baik secara daring maupun luring. 

Maka kemudian saya diberi label sebagai "guru" bagi peserta, malah pada akhirnya seorang juri pun mengaku bahwa beliau murid saya juga. 😃 .

Iya, sang juri pernah saya mentori tidak langsung pada pelatihan Kelas Digital Seamolec. Pun demikian kami menganggap beliau orang yang sangat objektif dan sangat menjaga komunikasi bersama kami.

Ibu Mira Fitriana, Bapak Abubakar Rasyid, Ibu Halimatus Sakdhiah memberi penghormatan khusus dalam presentasinya dengan menyebut "Guru Saya", hingga kemudian Sang Juri menyebut sebagai "Guru Kita". 

Label itu buat saya semakin minder, bagaimana jika saya tampil buruk, pasti luluhlah "keguruan" sy itu. Alhamdulillah sepertinya saya tampil tidak buruk meski Pak Heri Risdianto menangkap awal tampilan saya yang grogi 😃.

Sesungguhnya saya yang berguru pada teman-teman saya itu. Sejak saya melatih teman-teman tersebut, saya pasti menyiapkan diri, belajar untuk tampil lebih baik di hadapan guru-guru pecinta pengetahuan. Saya mengguru bagi guru.

Akhir dari kompetisi tetap melahirkan juara. Itu yang buat saya sangat tidak tenang sebelum pengumuman dibacakan. Meski saya berdalih tidak berharap, tapi apa mungkin saya berusaha optimal namun tidak menginginkan sebuah nomor pun.

Iya, saya mulai berharap setelah berproses. Namun apapun, saya tidak ingin jumawa, tidak pula ingin meremehkan siapapun. Bagaimana pun teman-teman lebih baik dari saya dan saya berguru pada pengetahuan mereka ketika tampil.

Bu Nur Chaili seorang juri panutan saya dalam gigih belajar meningkatkan kemampuannya, mulai membaca pengumuman. Unik cara beliau, tidak menyebutkan urutan dan nama duluan. 

Biasanya yang dipanggil pun dari urutan bawah atau juara tiga. Ketika saya dipanggil pertama, saya pikir saya juara III, eh ternyata beliau belakangan baru menyebut juara I. 

Saya kaget karena masih minder. Begitu pula saat memanggil sahabat saya, Dinda Faisal, beliau memanggil juara III duluan, lalu Dinda Faisal dipanggil setelah itu, saya pikir beliau juara II untuk tingkat SMK. 

Eh, twist, Dinda Faisal juga juara I. Jadilah perwakilan Aceh Timur, dua-duanya juara I. Alhamdulillah, tabarakallah. Selamat Dinda Faisal dan terimakasih sudah banyak mengingatkan sy dalam pemberkasan.

Tidak mungkin saya tanpa dukungan dan doa atas prestasi ini. Doa saya mungkin bukan doa terbaik pengetuk pintu Ridha Allah. 

Makasih buat Mak, Makasih buat Isteri tercinta yang selama ini saya tinggalkan beban besar ketika saay harus fokus berbagi dan berberkas, sibuk di depan laptop, tapi sang Istri Riena Amir tangguh menjaga stabilitas di rumah dan senantiasa mendoakan segala kebaikan bagi saya.

Makasih buat doa anak-anak meutuah kami Anas Hidayatullah, Fathin Azzuhdi serta Aisyah Altadzakka. 

Makasih doa-doa Cuda Ninien Budiman, Malahayati Budiman, Adinda Isnani Mauliza BintiBudiman, Riza, Lisma dan keluarga yang buanyak harus disebut satu per satu.

Adinda Teuku Didi Pianda yang membimbing pemberkasan saya.

Pak Qusthalani yang mewarning saya agar bersiap di bulan November. 

Abi Bay Haqi yang selalu sigap diminta tolong. 

Dinda Fitriadi Mahmud yang memantau agar saya tidak lalai.

Bu Nuraini Away, pak Say Aiyubs dan Dinda Agussalim yang sedari awal menjadi timses serta teman-teman lain yang selalu support dalam doa maupun memotivasi, termasuk Pak Jhon Abdi, pengalaman dan pengetahuannya teladan bagi saya.

IGI, Casio, Microsoft, Sekolah-sekolah serta Dinas Pendidikan tempat sy berbagi, terimakasih semuanya.

Tabarakalah

Ini hanya apresiasi agar saya lebih diharapkan berbuat untuk memajukan pendidikan di Aceh.

Penulis: 
Khairuddin
Guru SMA N Nurussalam, Aceh Timur
Sekjen IGI Pusat