Prioritas Bukan Prestise
PRIORITAS BUKAN PRESTISE
Sejatinya hari ini saya di DPR RI dengan Komisi X Rapat Dengar Pendapat tentang pendidikan. Sekretariat DPR menghubungi saya beberapa hari lalu. Namun saya memilih menepati janji bersama guru SMA Negeri 1 Jeumpa yang sudah duluan meminta waktu saya selama tiga hari.
Sejatinya hari ini saya di DPR RI dengan Komisi X Rapat Dengar Pendapat tentang pendidikan. Sekretariat DPR menghubungi saya beberapa hari lalu. Namun saya memilih menepati janji bersama guru SMA Negeri 1 Jeumpa yang sudah duluan meminta waktu saya selama tiga hari.
Undangan RDP DPR RI saya teruskan ke group PP IGI, toh yang gituan pasti rame yang bisa wakili. Kapasitas teman-teman PP IGI mumpuni. Syukurnya sekretariat tetap ngeshare link ke saya meski saya harus di luar pagar kali ini.
Tadi malam, sepulang dari Bireuen, saya dicegat Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh Utara, kami duduk hingga hampir tengah malam, pukul 23.20 baru bubar. Permintaan pak Kacabdis tidak mampu saya tolak, beliau meminta waktu sy untuk memberi pengarahan bagi Kepala Sekolah untuk persiapan UKG guru honorer dan persiapan mereka ke PPPK.
Sebagai mantan ketua guru honorer terlebih saya paling tidak setuju honorer di bidang pendidikan, sebagaimana guru profesional yang termaktub dalam UU No. 14 tahun 2005, saya merasa teegerak. PPPK adalah peluang bagi guru honorer agar tetap menjadi guru profesional yang kesejahteraannya relatif sama dengan guru PNS. Saya akhirnya mengorbankan setengah hari dari SMAN 1 Jeumpa untuk kembali ke Aceh Utara memberi pengarahan.
Pada Kepala SMAN 1 Jeumpa tadi pagi saya meminta diri untuk hanya setengah hari. Sebagai pimpinan yang juga punya guru honorer, beliau tidak keberatan, terimakasih Ibu. Akhirnya saya mengorbankan materi pelatihan meski awalnya saya membatalkan RDP. Semoga guru honorer, khususnya Aceh Utara tetap mengabdi di daerahnya dengan kesejahteraan yang lebih baik.
Pada penutupan pelatihan yang dipercepat di SMAN 1 Jeumpa saya berpesan pada guru, bukan pengetahuan saja yg penting saat kita pelatihan, tapi jalinan silaturahmi, mari saling mendoakan agar senantiasa diberi kesehatan dan keikhlasan utk mengabdi bagi majunya pendidikan Aceh.
Tabarakallah...
Oleh: Khairuddin, S.Pd., M.Pd, Guru SMAN 1 Lhoksukon, Ketua Harian PP JSDI, PP Ikatan Guru Indonesia
Tadi malam, sepulang dari Bireuen, saya dicegat Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh Utara, kami duduk hingga hampir tengah malam, pukul 23.20 baru bubar. Permintaan pak Kacabdis tidak mampu saya tolak, beliau meminta waktu sy untuk memberi pengarahan bagi Kepala Sekolah untuk persiapan UKG guru honorer dan persiapan mereka ke PPPK.
Sebagai mantan ketua guru honorer terlebih saya paling tidak setuju honorer di bidang pendidikan, sebagaimana guru profesional yang termaktub dalam UU No. 14 tahun 2005, saya merasa teegerak. PPPK adalah peluang bagi guru honorer agar tetap menjadi guru profesional yang kesejahteraannya relatif sama dengan guru PNS. Saya akhirnya mengorbankan setengah hari dari SMAN 1 Jeumpa untuk kembali ke Aceh Utara memberi pengarahan.
Pada Kepala SMAN 1 Jeumpa tadi pagi saya meminta diri untuk hanya setengah hari. Sebagai pimpinan yang juga punya guru honorer, beliau tidak keberatan, terimakasih Ibu. Akhirnya saya mengorbankan materi pelatihan meski awalnya saya membatalkan RDP. Semoga guru honorer, khususnya Aceh Utara tetap mengabdi di daerahnya dengan kesejahteraan yang lebih baik.
Pada penutupan pelatihan yang dipercepat di SMAN 1 Jeumpa saya berpesan pada guru, bukan pengetahuan saja yg penting saat kita pelatihan, tapi jalinan silaturahmi, mari saling mendoakan agar senantiasa diberi kesehatan dan keikhlasan utk mengabdi bagi majunya pendidikan Aceh.
Tabarakallah...
Oleh: Khairuddin, S.Pd., M.Pd, Guru SMAN 1 Lhoksukon, Ketua Harian PP JSDI, PP Ikatan Guru Indonesia
